Kamis, 27 Juni 2019

Cerita Mini (HIJRAH DAN KEPULANGAN)


Pulang adalah sebuah ungkapan kata yang bermakna satu ialah kembali namun memiliki penjabaran yang beragam. Dikatakan demikian karena Pulang dapat berarti bahagia ketika kita dikunjungi oleh orang yang kita sayangi. Mereka akhirnya pulang dari perantauan dengan membawa segudang ilmu, pengalaman maupun uang hasil kerja kerasnya.
Pulang juga merupakan makna untuk mereka yang kembali menemukan cahaya penentram hidup ketika dahulu pernah terjebak kemilau dunia yang menenggelamkan mereka dalam kesesatan. Namun akhirnya mereka pulang dan kembali menuju kebahagiaan hakiki dalam fitrah manusia menghambakan dan mencintai Tuhannya .
Rumah dapat berarti tempat untuk pulang ketika pikiran sudah berkecamuk dan lelah yang menggelantung sepulang mengais rezeki. Apalagi jika didalamnya kita disambut oleh orang  yang kita sayangi. Rasanya semakin menambah kerinduan akan kenyamanan dan rasa hangat dalam rumah sebagai tempat untuk pulang melepas penat.
Pulang bisa berarti kesedihan ialah ketika kita ditinggalkan orang yang kita sayangi berpulang menghadap Tuhan yang Maha Kuasa. Maut dan jodoh, keduanya merupakan sesuatu yang sudah Allah tetapkan. Entah itu maut atau jodoh yang terlebih dahulu datang menghampiri. Apapun itu kita harus siap dengan segala ketetapan yang telah Allah jatuhkan dalam hidup kita. Meskipun kenyataannya proses mengikhlaskan kehilangan itu lebih terasa menyakitkan dibandingkan menjemput kepulangan.
Seperti dikisahkan seorang wanita bernama Ana. Ia telah hijrah dari masa lalunya yang kelam setelah ia menjalani masa penyembuhannya di pesantren dari kecanduan penggunaan obat-obatan terlarang yang nyaris membahayakan nyawanya.
Perjalanan cukup sulit harus ia tempuh ketika mengetahui kenyataan bahwa Ayahnya berselingkuh dengan wanita lain. Ana mengalihkan kesedihannya dengan jalan yang salah hingga Ibunya harus menderita Stroke yang membuat beliau lumpuh. Ana semakin terpuruk hingga ia harus menyayat tangannya sendiri. Ibunya terjatuh dan sangat sedih hingga akhirnya beliau meninggal dunia. Ana berhasil selamat dan untuk mengobati luka hati dan kecanduannya dengan Narkoba, ia mencari ketenangan ke pesantren hingga sembuh.
Tiga tahun kemudian Ana dilamar oleh seorang lelaki soleh. H-3 pernikahan Ana mencoba Ikhlas dan hendak meminta maaf kepada Ayahnya. Namun kenyataan yang harus ia tahu bahwa Ayahnya sudah meninggal 1 tahun lalu. Keluarga Ayahnya memberi tahu bahwa yang membayar biaya ketika ia di Rumah Sakit ialah Ayahnya. Ketika itu Ana merasakan kesedihan mendalam ketika tahu ternyata Ayahnya masih peduli dan sedih ketika tahu kenyataan bahwa kini Ana sebatang kara.
Ketika diperjalanan pulang, motor Ana ditabrak bus yang oleng. Akhirnya Ana melihat cahaya. Cahaya yang membawa jiwanya pergi jauh dan sangat jauh. Dapat ia lihat wajah Ibu dan Ayah yang sangat dirindukannya. Bahagia dan nyaman. Tuhan mengabulkan keinginan Ana dapat bertemu dengan orang tua yang dirindukanya. Ternyata maut lebih dahulu menjemput dari pada pernikahannya.
Dari Kisah diatas dapat kita pahami bahwa keterpurukan tak menjadikan seseorang lantas berakhir dengan mengenaskan dalam dosa dan penyesalan yang berlarut-larut. Masalah dan cobaan dapat menjadi jembatan menuju cahaya yang sesungguhnya. Kepulangan dalam bahagia ketika kita mulai mengikhlaskan apa yang sudah menjadi Takdir-Nya.



Tulisan ini dimuat pula pada Buku terbit Jejak Publisher
Dalam antologi Esai "Pulang"
Penulis : Rizka DP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POTRET GENERASI MILENIAL INDONESIA

                                    " Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia..."                                ...